Monday, April 28, 2008

AHMADIYAH DAN SIKAP UMAT ISLAM

Ditulis Oleh Adikku ICH@

Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem) mengeluarkan keputusan bahwa Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang telah lama berkembang di Indonesia, dinyatakan menyimpang dari ajaran pokok Islam.

Namun, wakil presiden Jusuf Kalla mengatakan hal tersebut tidak berarti vonis bahwa para pengikutnya adalah pelaku kriminal. Yang dilarang adalah ajarannya, sedangkan pengikutnya, tetap berhak mendapatkan perlindungan pemerintah.

Hal ini penting untuk disebarkan kepada masyarakat luas, agar para pengikut aliran Ahmadiyah ini tidak kembali mengalami kejadian seperti berapa bulan yang lalu di Bogor Jawa Barat. Rumah dan tempat ibadah Jemaah Ahmadiyah dibakar dan dihancurkan oleh warga yang mengatasnamakan umat Islam, yang merasa diresahkan dengan kehadiran JAI ini.

Tindakan keras yang dilakukan oleh orang-orang tersebut dapat dimaklumi, hal tersebut merupakan pelampiasan kemarahan warga, karena para jamaah Ahmadiyah ini terkesan “membandel” terhadap peringatan yang dikeluarkan oleh pemerintah, supaya mereka segera menghentikan aksi mereka, menyebarkan ajaran yang dinilai banyak pihak telah menodai Islam.

Beberapa bulan yang lalu (14 Januari 2008), JAI telah menandatangani 12 pernyataan resmi sebagai bentuk klarifikasi. Pernyataan tersebut diantaranya; meyakini dan mengucapkan dua kalimah syahadat, mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul terakhir, Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang guru, dan tidak mengkafirkan umat Islam di luar Ahmadiyah. Namun, pada kenyataannya para pengikut Ahmadiyah tidak melaksanakan isi pernyataan tersebut secara konsisten dan bertanggungjawab.

Sikap para pengikut Ahmadiyah tersebut memang sangat meresahkan umat Islam. Karena di depan pemerintah, mereka mengatakan akan memperbaiki kekeliruan mereka. Namun, secara diam-diam, mereka tetap teguh memegang prinsip-prinsip ajaran mereka, yang sudah sangat jelas menyimpang dari Al-Qur’an.

Namun, tindakan yang dilakukan oleh massa dengan membakar rumah dan tempat ibadah pengikut Ahmadiyah juga tidak dapat dibenarkan. Karena walaupun tujuan mereka adalah untuk membela agama Islam dari hal-hal yang bisa menodai kemurnian ajarannya. Namun cara yang ditempuh, kurang tepat.

Ada pepatah yang mengatakan; bahwa keyakinan itu ibarat paku yang menancap, jika ia ditekan terus-menerus, maka ia akan semakin tertanam kuat. Jadi logikanya, jika seseorang telah meyakini suatu keyakinan, yang menurutnya itu yang paling benar, maka ia akan terus bertahan dengan prinsip yang ia pegang tersebut. Tekanan demi tekanan yang ia terima dari pihak luar yang tidak sejalan dengannya, tidak lantas membuat ia goyah, malah hal tersebut semakin membuat ia kokoh berpegangan.

Dunia Islam sendiri telah mencatat sejarah, bahwa pada waktu Rasulullah menyebarkan Islam di tengah-tengah masyarakat Jahiliyah, beliau dan para pengikutnya mendapat banyak tekanan, ancaman dari kaum Quraisy. Namun, tekanan-takanan tersebut tidak lantas mambuat Kaum Muslimin goyah dengan apa yang mereka yakini, malah tekanan-tekanan tersebut menjadikan barisan Islam semakin kuat persatuannya, karena merasa senasib dan seperjuangan.

Fakta tersebut hendaknya bisa kita jadikan cerminan, bahwa untuk merubah suatu keyakinan yang sudah mengurat akar, tidak bisa dilakukan dengan jalan kekerasan. Karena selain kita tidak akan mendapatkan hasil yang kita harafkan, tindakan membabi-buta tersebut bahkan akan memperburuk keadaan dan pandangan pihak luar tentang ajaran Islam. Orang luar yang tidak mengerti akan indahnya Islam (semisal Geert Wilders, dengan film Fitnanya) akan semakin yakin menganggap bahwa agama Islam adalah agama kekerasan.

Jadi, seresah apapun kita pada ajaran Ahmadiyah atau ajaran-ajaran yang sejenisnya, jangan sampai kita berlaku anarkis terhadap mereka. Jangan lupa, mereka adalah saudara kita juga. Saat ini mereka sedang hilang arah, kita harus bisa menjadi penunjuk jalan bagi mereka. Teladan terbaik kita adalah Rasulullah, jadi hendaknya kita senantiasa menjadikan beliau sebagai referensi utama dalam setiap perbuatan, dan tingkah laku kita dalam memperlakukan orang yang berbeda dengan kita.


No comments: