Thursday, April 3, 2008

“SI PRAKTIS” YANG MAHAL, ATAU “SI SEHAT” YANG GRATIS"


“SI PRAKTIS” YANG MAHAL, ATAU “SI SEHAT” YANG GRATIS


Dalam beberapa minggu ini, masyarakat, khususnya para ibu, dibuat gelisah oleh beredarnya pemberitaan tentang ditemukannya satu bakteri yang berasal dari susu formula bayi. Bakteri tersebut bernama Enterobacter Sakazakii. Yang ditemukan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh pihak IPB (Institut Pertanian Bogor). Bakteri ini sangat berbahaya karena dampaknya dapat menyebabkan kelumpuhan pada bayi.

Penelitian yang dilakukan di Jerman, terhadap 23 sampel susu formula bayi produk lokal tersebut, pada awalnya bermaksud untuk menyelidiki penyebab utama penyakit yang sering diderita oleh bayi di Indonesia, yaitu penyakit diare. Dan ternyata dari 23 merk yang diteliti, dinyatakan bermasalah. Sebenarnya, penelitian tersebut telah diadakan sejak dari tahun 2003, dan baru dipublikasikan pada tahun 2006.

Kekhawatiran kaum ibu semakin bertambah, karena sepertinya pihak dari IPB, terkesan tutup mulut, dan tidak mau membeberkan secara terbuka merk-merk dari susu formula yang dianggap “Bermasalah” tersebut. Saat ditanya akan hal ini, mereka menjawab, bahwa mereka tidak akan membeberkan merk dari sampel yang mereka teliti, karena hal itu melanggar kode etik dari penelitian. Yang pasti, susu yang mengandung bakteri tersebut berasal dari produk lokal. Mereka hanya akan menginformasikan merk-merk susu tertentu, jika susu yang bersangkutan, mengandung unsur-unsur yang berbahaya, contohnya formalin dan zat-zat kimia lainnya.

Terus, pertanyaannya, apakah bakteri tersebut, masih bisa dikategorikan “kurang” berbahaya, jika dilihat dari dampak negatif yang ditimbulkannya?. Jika benar begitu, mengapa isu ini harus dimunculkan, jika hanya membuat resah masyarakat, yang dibingungkan, dengan ketidakpastian, apakah susu formula yang mereka gunakan selama ini, termasuk salah satu dari yang mengandung bakteri tersebut?. Tapi ya… Pertanyaan tersebut mungkin hanya bisa dijawab, oleh pihak-pihak berwenang yang paling mengerti akan masalah ini.

Di antara banyaknya para ibu yang gelisah terhadap masalah ini, terdapat juga sebagian yang tidak mau terlalu ambil pusing atau pasrah saja. Alasannya, bukan karena mereka tidak ingin memperhatikan kesehatan bayi mereka. Namun lebih dikarenakan, mereka sulit untuk “terlepas” dari ketergantungan terhadap “Kepraktisan” yang ditawarkan oleh susu formula, khususnya para ibu yang juga merangkap sebagai wanita karier. Selain itu, mereka juga beranggapan, toh… selama ini bayi mereka juga sehat-sehat saja.

Di tengah berbagai respon dari masyarakat, pihak IPB mengeluarkan pernyataan, yang paling tidak, sedikit melegakan. Karena sampel susu yang diteliti itu diambil pada tahun 2003, jadi susu yang bermasalah tersebut, saat ini sudah tak lagi beredar di pasaran.

Bakteri itu, hanya berbahaya bagi bayi di usia 0-6 bulan. Selain itu, ia juga bisa dicegah penyebarannya dengan memperhatikan cara penyajian dari susu formula sebelum diberikan kepada bayi. Misalnya_botol susu atau dot, harus benar-benar dalam keadaan bersih. Dan sebelum dipakai, sebaiknya direndam terlebih dahulu ke dalam air panas yang telah mendidih. Hal tersebut dimaksudkan, agar kuman-kuman yang berasal dari botol tersebut, mati. Dan waktu pemberian susu yang telah dicampur dengan air, tidak boleh diberikan lagi, jika telah lebih dari empat jam. Selain itu, hendaknya sebelum membeli, orang tua harus lebih teliti dalam memperhatikan kondisi dari susu tersebut, apakah kemasannya rusak, atau masa kadaluarsanya telah sampai. Jadi bagi ibu-ibu yang sudah terlanjur “Terikat” pada susu formula, tidak perlu terlalu mengkhawatirkan bakteri tersebut.

Namun apapun, kejadian ini paling tidak, bisa mengingatkan pada kita semua, bahwa seteliti, atau sepandai apapun manusia, tidak ada satupun yang bisa menyaingi ciptaan Allah, yang Maha Sempurna. Bisa jadi, munculnya permasalahan ini ke permukaan merupakan teguran halus buat kita semua (kaum wanita khususnya).

Karena, semakin banyaknya, kaum ibu yang zaman ini, yang agak “segan” untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka. Padahal, kita semua tahu, satu-satunya makanan yang paling baik buat seorang bayi, itu hanyalah ASI. Allah telah mendesain sedemikian rupa, ukuran, takaran, dan kualitas yang paling tepat buat bayi, tanpa takut terkontaminasi, basi, atau tak cukup porsi. Jadi sekarang, masihkah timbul perasaan takut atau segan di hati ibu-ibu Indonesia khususnya, untuk memberikan yang terbaik buat generasi penerus harapan bangsa ini?. Jawabannya… ada dihati kita masing-masing!.

No comments: