Monday, November 2, 2009

SINGGAH DIRUMAH RASULULLAH (RePost)

Segala puji bagi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar. Sesibuk apapun kita hari ini, luangkanlah sedikit waktu, untuk sekedar ’mampir’ sebentar ke rumah satu-satunya sosok yang paling layak untuk dijadikan idola sepanjang masa, Rasulullah SAW.
Kita akan kembali keratusan tahun yang sudah berlalu. Yang di sana kita bisa ’bertamu’ bahkan ’bertemu’ dengan sang Kekasih Allah tersebut. Ini bukan bualan, karena kita akan mengunjungi beliau melalui huruf dan kalimat. Kita akan memasuki rumah beliau, memperhatikan tingkah laku beliau, mendengar perkataan beliau, lalu mencoba mencari perbandingan, dan mencoba mengikutinya, karena beliau memang layak ditiru.


Saat kita mengetuk pintu rumah beliau, lalu mengucap salam, perhatikan bagaimana cara beliau menyambut kedatangan kita. Kita pastinya disambut dengan wajah yang cerah, walaupun sebenarnya beliau sedang menghadapi beban besar. Lalu kita dipersilahkan duduk, diruang tamu yang sangat sederhana, tanpa perabotan apa-apa, dengan alas satu-satunya yang beliau miliki, itupun telah sobek di sana-sini. Lalu bandingkan dengan keadaan di rumah kita hari ini!

Beliau akan mengajak kita mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat. Saat kita tidak sengaja lalu membuka aib saudara kita sendiri, perhatikan bagaimana beliau menegur kita secara santun, dengan cara mengalihkan pembicaraan. Dengan begitu, kita jadi tahu, bahwa ada yang salah dari lisan kita, tapi tak sampai membuat kita tersinggung. Bandingkan dengan apa yang kita bicarakan di setiap kesempatan, dan saat pembicaraan itu telah ngelantur kemana-mana, apa yang kita lakukan?.

Saat jam makan siang telah sampai, perhatikan bagaimana beliau berusaha menyenangkan hati tamunya. Walaupun di dapur beliau saat itu, persedian makanan amat sedikit. Namun beliau tak mengeluh akan kedatangan kita di saat yang tidak tepat itu. Bahkan beliau menjamu kita layaknya tamu agung, walaupun dengan begitu, artinya beliau dan keluarganya harus menahan lapar. Lalu bandingkan dengan ketakutan kita pada kekurangan yang kita miliki sekarang, sehingga kadang membuat kita segan untuk sedikit membahagiakan orang lain!

Beberapa saat sebelum masuk waktu shalat, perhatikan bagaimana beliau telah sibuk mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Sang Penguasa setiap makhluk, dengan penuh semangat, wajah berseri, dan dada berdebar antar bahagia dan takut, menanti perjumpaan dengan-Nya. Lalu bandingkan, dengan keadaan hati kita, saat panggilan itu datang!.

Saat shalat di mulai, perhatikan bagaimana beliau sangat manikmati apa yang beliau baca, perhatikan bagaimana saat beliau berdoa, sambil berurai air mata, memohon ampun seolah beliau adalah hamba yang paling berdosa. Padahal, Allah telah menjamin dosa-dosa beliau di masa lalu, sekarang dan masa depan telah Allah ampunkan. Lalu bandingkan dengan kesombongan kita, kualitas shalat dan nilai doa yang kita panjatkan!.

Saat malam menjelang, beliau akan mempersilahkan kita menggunakan selimut yang beliau miliki, dan itu bermakna, malam ini beliau akan tidur tanpa selimut. Kita akan tidur dengan nyenyak sekali. Dan saat kita terbangun tengah malam, kita akan mendapati tempat tidur beliau telah kosong, saat kita mencari kemana beliau saat itu, kita akan mendapati beliau sedang sujud, dan kembali berdoa dengan berurai air mata, memohon ampunan-Nya. Lalu bandingkan akhir dari malam-malam yang kita lalui di rumah kita!.
Saat pagi datang, beliau sambut dengan penuh semangat, dan bersyukur karena telah diberikan kesempatan satu hari lagi ada di muka bumi ini. Walaupun tugas berat telah menunggu, beliau siap menghadapinya dengan hati ikhlas, tanpa terdengar sedikitpun keluh kesah dari lisan mulia beliau. Terus, bandingkanlah dengan sikap kita setiap menghadapi hari baru bersama beban yang mengikutinya!.

Sekarang saatnya kita untuk pamit, kembali ke kehidupan kita hari ini. Setelah sehari berada di rumah yang penuh berkah tersebut, bandingkan semuanya dengan hidup kita hari ini. Kita yang kurang bersyukur, kurang menghargai orang di sekeliling kita, kita yang sering lalai, yang sombong dan kita yang banyak mengeluh menghadapi beban hidup. Apakah kita akan terus seperti itu, atau mulai hari ini, kita bangun suatu tekad, yakni bagaima seharusnya kita berfikir, bersikap, dan berbuat pada hari esok yang akan Allah percayakan pada kita untuk menghadapinya lagi.


No comments: